CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Friday, October 11, 2013

LIKEN SIMPLEKS KRONIK


PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.(1)
Erupsi kulit terjadi karena kebiasaan menggaruk pada daerah tertentu pada jangka waktu yang lama. Garukan tersebut mengakibatkan perubahan karakteristik seperti penebalan kulit dan warna kulit menjadi lebih gelap dan garis berbatas tegas pada kulit. Perubahan-perubahan ini disebut likenifikasi.(2)
Liken simpleks kronik terlihat pada penderita eksema. Walaupun eksema dapat terjadi pada seluruh tubuh, lesi pada liken simpleks kronik biasanya hanya ditemukan pada satu daerah. Lesi pada daerah ini adalah sangat gatal dan tidak tahan untuk tidak menggaruknya. Lesi ini jika semakin digaruk atau digosok, akan terasa semakin gatal.(2)
Liken simpleks kronik merupakan penyakit gatal-gatal lokal yang berlangsung kronik, lesi disebabkan garukan dan gosokan berulang, dengan gambaran likenifikasi berbatas tegas.Sinonim dari liken simpleks kronik adalah neurodermatitis sirkumskripta, liken Vidal.(1,3,4,5,6)
Penyebab liken simpleks kronik tidak diketahui, diduga akibat gigitan serangga; pakaian yang ketat; dermatitis seboroika; psoriasis. Penyakit ini biasanya timbul pada orang yang kurang istirahat, gangguan emosi, misalnya mudah gugup, cemas, dan iritable.  Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan emosi.(1,3,6)
Liken simpleks kronis jarang terjadi pada anak – anak. Insiden puncak terjadi pada usia 30 – 50 tahun. Wanita lebih sering dibanding pria. Pada wanita sering terjadi Liken simpleks kronik pada leher belakang saat menopause ( Lichen nuchae ). Pada prurigo nodularis yang berhubungan dengan dermatistis atopik onsetnya lebih dini, 19 – 24 tahun. Pada prurigo nodularis tanpa dermatitis atopik onsetnya 48 – 62 tahun.(1,3,5,7)
Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk; setelah luka baru hilang rasa gatalnya untuk sementara ( karena diganti dengan rasa nyeri ).(1)
Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi.(1)
Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.(1,3,7)
Gambaran histopatologik neurodermatitis sirkumskripta berupa ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblas bertambah, kolagen menebal. Pada prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel Schwan berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.(1,3,4)
Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis, biasanya tidak terlalu sulit. Namun perlu dipikirkan kemungkinan penyakit kulit lain yang memberikan gejala pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik.(1)
Liken simpleks kronis didiagnosa banding dengan :
1.      Psoriasis(3)
2.      Tinea corporis(3)
3.      Prurigo nodularis(3)
Penatalaksanaan liken simpleks kronik adalah :
1.      Nonmedikamentosa : mengubah cara hidup, cukup istirahat, bila perlu konsul psikiatri(6)
2.    Medikamentosa : Antihistamin dengan efek samping sedatif, topikal : salep yang bersifat antipruritus yang juga keratolitik, sebab lesi tebal, atau kortikosteroid topikal golongan kuat. (3,6)
Prognosis dari liken simpleks kronis bergantung pada penyebab pruritus ( penyakit yang mendasari ), dan status psikologik penderita.(1)

LAPORAN KASUS
Telah datang seorang perempuan bernama Riani berumur 49 tahun, suku batak, pekerjaan ibu rumah tangga, agama protestan, ke Poliklinik Kulit dan Kelamin pada tanggal 5 Agustus 2011, dengan keluhan utama bercak kemerahan yang menebal disertai rasa sangat gatal pada punggung jari tangan kiri dan kedua punggung kaki os yang dialami os ± 2 tahun ini. Awalnya berupa bercak kemerahan timbul pada punggung jari tangan kiri disertai rasa sangat gatal. Kemudian os menggaruknya terus-menerus sampai gatal hilang, karena garukan tersebut kulit os menjadi lecet. Karena bekas garukan, lama kelamaan kulit os menjadi menebal dan bersisik. Kemudian bercak kemerahan disertai rasa sangat gatal juga muncul pada kedua punggung kaki os. Os juga mengeluh rasa gatal muncul pada saat os sedang tidak beraktivitas terutama pada malam hari. Os juga pernah memakai salep untuk mengurangi rasa gatal tetapi rasa gatal hanya hilang sebentar saja kemudian muncul kembali.
Dari anamnesa, riwayat penyakit keluarga tidak jelas, riwayat penyakit terdahulu tidak dijumpai, riwayat pemakaian obat adalah salep belerang.
Dari pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum dan status gizi baik. Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai plak eritem, plak hiperpigmentasi, plak hipopigmentasi, skuama, erosi, ekskoriasi, likenifikasi. Lokalisasinya regio dorsum digiti I manus sinistra, regio dorsum pedis dextra et sinistra. Pada pemeriksaan laboratorium dengan kerokan kulit dengan KOH 10% tidak dijumpai jamur.
Berdasarkan anamnese dan pemeriksaan fisik pasien, maka diagnosa banding pasien ini adalah liken simpleks kronik, tinea manus et pedis, psoriasis.
Penatalaksanaan pasien ini secara umum adalah menyarankan penderita sebisa mungkin menghindari garukan atau gosokan, menghindari gigitan serangga, dan dianjurkan istirahat yang cukup untuk mengurangi stress emosional. Secara khusus penatalaksanaan pada pasien topikal diberikan salep desoxymethasone 0.25%, salep asam salisilat 3% dioleskan 2 kali sehari. Sedangkan secara sistemik diberikan anti histamin loratadine tab 10 mg 1 x 1.
Prognosis dari pasien ini adalah baik apabila penyebabnya dapat dihindari.

DISKUSI
Liken simpleks kronik ditegakkan berdasarkan anamnese dan gambaran klinis. Pada anamnese dijumpai adanya penebalan kulit yang disertai rasa gatal, dimana awalnya berupa bercak kemerahan yang terasa sangat gatal sehingga os ,menggaruknya terus-menerus sampai rasa gatal hilang. Karena bekas garukan, lama kelamaan kulit os menjadi menebal dan bersisik. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa gambaran klinis dari liken simpleks kronik adalah dijumpai adanya lesi yang biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, skuama, likenifikasi, ekskoriasi, dan hiperpigmentasi.
Pemeriksaan penunjang pada pasien ini adalah kerokan KOH 10%, dan hasilnya spora negatif, hifa negatif.
Diagnosa banding kasus ini adalah liken simpleks kronik, tinea manus et pedis, psoriasis. Menurut kepustakaan diagnosa banding liken simpleks kronik adalah psoriasis, tinea corporis, dan prurigo nodularis.
Diagnosa sementara pasien ini adalah liken simpleks kronik.
Penatalaksanaan pasien ini secara umum adalah menyarankan penderita sebisa mungkin menghindari garukan atau gosokan, menghindari gigitan serangga, dan dianjurkan istirahat yang cukup untuk mengurangi stress emosional. Secara khusus penatalaksanaan pada pasien topikal diberikan salep desoxymethasone 0.25%, salep asam salisilat 3% dioleskan 2 kali sehari. Sedangkan secara sistemik diberikan anti histamin loratadine tab 10 mg 1 x 1. Menurut kepustakaan penatalaksanaan liken simpleks kronik adalah :
1.      Nonmedikamentosa : mengubah cara hidup, cukup istirahat, bila perlu konsul psikiatri
2.    Medikamentosa : Antihistamin dengan efek samping sedatif, topikal : salep yang bersifat antipruritus yang juga keratolitik, sebab lesi tebal, atau kortikosteroid topikal golongan kuat.
Prognosis dari pasien ini adalah baik apabila penyebabnya dapat dihindari. Menurut  kepustakaan prognosis dari liken simpleks kronis bergantung pada penyebab pruritus ( penyakit yang mendasari ), dan status psikologik penderita.

 referensi
  1. Hamzah M. 2007. Neurodermatitis Sirkumskripta. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman : 147-148.
  2. Brannon H. 2008. Lichen Simplex Chronicus. :http://dermatology.about.com/cs/eczemadermatitis/a/lsc.htm 
  3. Siregar RS. 2005. Neurodermatitis Sirkumskripta. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke 2. Jakarta : EGC. Halaman : 129-131.
  4.  Harahap M. 2000. Liken Simpleks Kronik. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates. Halaman : 16-17 
  5. Liken simpleks Kronik : http://gallzz.blogspot.com/2009/05/liken-simplek-kronis.html?zx=8aaa487aefc823a
  6.  Mansjoer A,Suprohaita,Wardhani W.I,Setiowulan W. 2000. Neurodermatitis Sirkumskripta. Kapita Selekta Kedokteran.Edisi ke 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. Halaman : 89.
  7.  Brown R.G, Burns T. 2005. Liken Simpleks Kronik dan Prurigo. Lecture Notes On Dermatologi. Edisi ke 8. Jakarta : Penerbit Erlangga. Halaman : 181-182.

 
The Aristocats - Marie